KILASBANGGAI.COM, TOUNA- Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPC GMNI) Kabupaten Tojo Una-una (Touna), Moh Ricky, mengkritik keras kebijakan pemerintah yang santer menjadi pembahasan publik akhir-akhir ini.
Yang menjadi sorotannya yakni terkait pendidikan dan kesehatan yang hanya menjadi prioritas pendukung, sementara makan bergizi gratis merupakan prioritas utama.
Seharusnya, kata Ricky, pendidikan dan kesehatan sebagai program prioritas utama bukan pendukung.
Karena pendidikan dan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat.
“Bagaimana kita akan berbicara Indonesia emas 2045, jika pendidikan kita tidak jadikan prioritas utama,” tegasnya.
“Kita lihat negara-negara maju seperti Jepang, China, dan negara maju di Eropa lainnya, mereka memprioritaskan pendidikan,” tuturnya.
Pemerintah seharusnya bijak melihat situasi Indonesia saat ini, masih jauh dari kata merdeka secara pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini terbilang rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut hasil survei mengenai sistem pendidikan menengah di dunia pada tahun 2018 yang dikeluarkan oleh PISA (Progamme For International Student Assesment) pada tahun 2019 lalu, Indonesia berada di posisi ke-6 terendah yang mana peringkat ke-74 dari 79 negara.
Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya data Unesco (2000) mengenai peringkat indeks pengembangan manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari perangkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukan bahwa indeks pengembangan manusia semakin menurun.
Pada tahun 1996 Indonesia menempati urutan ke-102 di antara 174 negara di dunia, tahun 1997 peringkat ke-99, ke-105 (1998), dan pada tahun 1999 menduduki peringkat 109.
Menurut Ricky, keputusan pemerintah saat ini dengan kebijakan pendidikan dan kesehatan yang tidak menjadi prioritas utama itu tidak sejalan dengan apa yang diinginkan masyarakat. (*)
Discussion about this post